Jumat, 24 Mei 2013

KEPRIBADIAN



A.           Kepribadian
1.             Pengertian Kepribadian
Kepribadian atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan personality berhubungan erat dengan diri individu karena kepribadian merupakan salah satu aspek perkembangan dalam individu. Definisi para ahli mengenai kepribadian berbeda-beda. Tetapi dari setiap definisi yang diungkapkan para ahli pasti terdapat benang merah yang menjadi inti dari makna kepribadian.
Allport (1971; dalam Sobur 2003 : 300) mendefinisikan kepribadian sebagai berikut :
Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that detrmine his unique adjustments to his environment (Kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya).

Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas, kepribadian memiliki beberapa unsur, yaitu sebagai berikut :
a.              Kepribadian itu merupakan organisasi yang dinamis.
b.             Organisasi tersebut terdapat dalam diri individu.
c.              Organisasi itu berdiri atas sistem psikis, yang menurut Allport meliputi, antara lain, sifat dan bakat, serta sistem fisik (anggota dan organ-organ tubuh) yang saling terkait.
d.            
10
Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap lingkungannya.
Sedangkan menurut Yusuf (2007 : 4-5) pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.              Dynamic, merujuk kepada perubahan kualitas perilaku (karakteristik) individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke situasi.
b.             Organization, yang menekankan pemolaan bagian-bagian struktur kepribadian yang independen, yang masing-masing bagian tersebut mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Ini menunjukkan bahwa kepribadian itu bukan kumpulan sifat-sifat, melainkan keterkaitan antara sifat-sifat tersebut, yang satu sama lainnya saling berhubungan atau berinteraksi.
c.              Psychophysical Systems, yang terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang kesemuanya merupakan aspek psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam diri individu, seperti: syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. Sistem psikofisik ini meskipun mempunyai dasar/fondasi pembawaan, namun dalam perkembangannya lebih dipengaruhi oleh hasil belajar, atau diperoleh melalui pengalaman.
d.             Determine, yang menunjukkan perasaan motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari kegiatan-kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Sikap, keyakinan, kebiasaan, atau elemen-elemen sistem psikofisik lainnya muncul melalui stimulus, baik dari lingkungan, maupun dari dalam diri individu sendiri.
e.              Unique, yang merujuk kepada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi diri pola sistem psikofisiknya. Dalam proses penyesuaian diri terhadap lingkungannya, tidak ada reaksi/respon yang sama dari dua orang, meskipun kembar identik.
Beberapa pendapat lain dari para ahli mengenai pengertian kepribadian (Yusuf, 2007 : 3) adalah sebagai berikut :
a.              Hall & Lindzey mengemukakan bahwa secara popular, kepribadian dapat diartikan sebagai : (1) keterampilan atau kecakapan sosial (social skill), dan (2) kesan yang paling menonjol, yang ditunjukkan seseorang terhadap orang lain (seperti seseorang yang dikesankan sebagai orang yang agresif atau pendiam).
b.             Woodworth mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas tingkah laku total individu”.
c.              Dashiell mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”.
d.             Derlega, Winstead & Jones mengartikannya sebagai “Sistem yang relatif stabil mengenai karakteristik individu yang bersifat internal, yang berkontribusi terhadap pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang konsisten”.
Pendapat lainnya mengenai kepribadian dikemukakan oleh McDougal dan kawan-kawannya (Yusuf, 2005 : 126) bahwa kepribadian adalah tingkatan sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh yang menentukan.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat dikatakan bahwa kepribadian merupakan sifat dan tingkah laku individu yang tampak dengan keunikannya yang berkembang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

2.             Pembentukan Kepribadian
Carl Gustav Jung (Sobur, 2003 : 312) mengatakan pertumbuhan pribadi merupakan suatu dinamika dan proses evolusi yang terjadi sepanjang hidup. Individu secara berkesinambungan berkembang dan belajar mengenai keterampilan baru serta bergerak menuju realisasi diri.
Pada hakikatnya, kepribadian dapat dikatakan mencakup semua aspek perkembangan, seperti perkembangan fisik, motorik, mental, sosial, moral, tetapi melebihi penjumlahan semua aspek perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan seseorang. Pembentukan pola kepribadian ini terjadi melalui proses interaksi dalam dirinya, dengan pengaruh-pengaruh dari lingkungan luar.
Murray (Hall & Lindzey, 1993 : 53) beranggapan bahwa faktor-faktor genetika dan pematangan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan kepribadian. Murray memandang proses-proses genetik pematangan bertugas memprogramkan sejenis suksesi atau urutan pergantian berbagai masa pertama – yakni kanak-kanak, remaja, dan masa dewasa awal – komposisi-komposisi struktural baru muncul dan bertambah banyak. Masa usia setengah baya ditandai oleh rekomposisi konservatif atas struktur dan fungsi yang telah muncul. Selama masa terakhir, masa usia lanjut, kapasitas untuk membentuk komposisi baru menjadi berkurang. Dalam setiap periode, terdapat banyak program peristiwa tingkah laku dan pengalaman yang lebih kecil yang berlangsung di bawah proses pematangan yang dikontrol genetis.
Sedangkan menurut Sjarkawi (2009 : 22 – 23) perkembangan pribadi berlangsung melalui tiga fase, yaitu sebagai berikut :
a.              Masa mulai perkembangan sampai dengan sekitar usia 5 tahunan. Fase ini banyak berkaitan dengan kewibawaan dan kekuasaan. Pada fase ini inti dari penghargaan diri dan sikap mengenai aturan yang diterjemahkan dalam bentuk gambaran diri adalah diarahkan kepada apa yang diharapkan oleh tokoh-tokoh terdekat yang menguasainya.
b.             Masa anak-anak dan masa remaja, merupakan masa yang sebagian besar diarahkan pada persoalan hubungan dengan teman sebayanya. Pada masa ini mereka mengembangkan penghargaannya terhadap harapan orang lain serta menaruh perhatian terhadap perilaku jujur, keadilan, dan sikap bersedia membalas jasa orang lain. Jika pada fase pertama anak pada dasarnya lebih peduli terhadap gambaran dirinya sendiri sebagaimana diarahkan oleh orang tuanya, maka pada fase kedua anak harus menyesuaikan gambaran dirinya dengan rekan sebayanya.
c.              Fase orang mulai memasuki dunia kerja dan mulai berkeluarga. Persoalan-persoalan pada masa lalu (belajar bergaul dengan rekan sebaya dan dengan mereka yang berkuasa) berpadu dengan persoalan identitas diri. Pada masa ini seseorang menentukan corak kepribadian yang diharapkan dengan cara mengembangkan suatu pola umum gambaran dirinya, mereka merintis tujuan hidupnya serta merencanakan strategi yang akan ditempuhnya dalam mengejar tujuan hidup yang dipilihnya.

3.             Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal (Sjarkawi, 2009 : 19). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV dan VCD, atau media cetak seperti koran, majalah dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Yusuf (2007 : 20) secara garis besar, ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor hereditas (genetika) dan faktor lingkungan (environment).
a.             Faktor Genetika
Masa dalam kandungan dipandang sebagai periode yang kritis dalam perkembangan kepribadian, karena pada masa tersebut merupakan saat pembentukan pola-pola kepribadian, juga sebagai masa pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah kelahiran.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak secara langsung, karena yang dipengaruhi gen secara langsung adalah kualitas sistem syaraf, keseimbangan biokimia tubuh, dan stuktur tubuh.
Lebih jauh, fungsi hereditas dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut :
1)      Sebagai sumber bahan mentah (raw materials) kepribadian seperti fisik, inteligensi, dan tempramen.
2)      Membatasi perkembangan kepribadian dan mempengaruhi keunikan kepribadian.
(Yusuf, 2007 : 21)


b.            Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian di antaranya keluarga, kebudayaan, dan sekolah.
1)            Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak. Alasannya adalah :
a)             Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak.
b)            Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga
c)             Para anggota keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan kepribadian anak.
Keluarga juga dipandang sebagai lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan rasa manusia. Melalui perlakuan dan perawatan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik-biologis, maupun kebutuhan sosio-psikologisnya. Apabila anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka anak cenderung berkembang menjadi seorang pribadi yang sehat.
Perlakuan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan nilai-nilai kehidupan, baik nilai agama maupun nilai sosial budaya yang diberikan kepada anak merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan warga masyarakat yang sehat dan produktif.
Suasana keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang harmonis dan agamis, yaitu suasana yang memberikan curahan kasih sayang, perhatian, dan bimbingan dalam bidang agama, maka perkembangan kepribadian anak tersebut cenderung positif, sehat (welladjustment). Sedangkan anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua bersikap keras kepada anak, atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama, maka perkembangan kepribadiannya cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan dalam penyesuaian dirinya (maladjustment).
2)            Kebudayaan
Kluckhohn (Yusuf, 2007 : 30) berpendapat bahwa kebudayaan dapat mengatur kehidupan individu dari mulai lahir sampai mati, baik disadari maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi individu untuk mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk dirinya.
Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku) memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap setiap warganya, baik yang menyangkut cara berpikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, atau cara berperilaku. Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian ini dapat dilihat dari perbedaan antara masyarakat modern, yang budayanya maju dengan masyarakat primitif, yang budayanya masih sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya (life style), seperti dalam cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian, dan cara berpikir.
Setiap suku dan bangsa di dunia ini masing-masing memiliki tipe kepribadian dasar yang relatif berbeda (meskipun dalam banyak hal, dengan pengaruh globalisasi perbedaan karakteristik kepribadian itu cenderung berkurang). Contoh: bangsa Indonesia memiliki karakteristik kepribadian dasar: religius, ramah, namun kurang disiplin; bangsa Jepang: ulet, kreatif, dan berdisiplin; dan bangsa Amerika: optimis, berdisiplin, ulet dalam menyelesaikan sesuatu, namun individualistik.
3)            Sekolah
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh itu di antaranya sebagai berikut.
a)             Iklim emosional kelas
Kelas yang iklim emosionalnya sehat (guru bersikap ramah, dan respek terhadap siswa dan begitu juga berlaku di antara sesama siswa) memberikan dampak yang positif bagi perkembangan psikis anak, seperti merasa nyaman, bahagia, mau bekerja sama, termotivasi untuk belajar, dan mau menaati peraturan. Sedangkan kelas yang iklim emosionalnya tidak sehat (guru bersikap otoriter, dan tidak menghargai siswa) berdampak kurang baik bagi anak, seperti merasa tegang, sangat kritis, mudah marah, malas untuk belajar, dan berperilaku yang mengganggu ketertiban.

b)            Sikap dan perilaku guru
Sikap dan perilaku guru ini tercermin dalam hubungannya dengan siswa (relationship between teacher and student). Hubungan guru dengan siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor itu di antaranya (1) stereotype budaya terhadap guru (pribadi dan profesi), positif atau negatif; (2) sikap guru terhadap siswa; (3) metode mengajar; (4) penegakkan disiplin dalam kelas; dan (5) penyesuaian pribadi guru (personal adjustment of the teacher).
Sikap dan perilaku guru, secara langsung mempengaruhi “self-concept” siswa, melalui sikap-sikapnya terhadap tugas akademik (kesungguhan dalam mengajar), kedisiplinan dalam menaati peraturan sekolah, dan perhatiannya terhadap siswa. Secara tidak langsung, pengaruh guru ini terkait dengan upayanya membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosialnya.
c)             Disiplin (tata-tertib)
Tata tertib ini ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa. Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang tegang, cemas, dan antagonistik. Disiplin yang permisif, cenderung membentuk sifat siswa yang kurang bertanggung jawab, kurang menghargai otoritas, dan egosentris. Sementara disiplin yang demokratis, cenderung mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan tenang, dan sikap bekerja sama.
d)            Prestasi belajar
Perolehan prestasi belajar, atau peringkat kelas dapat mempengaruhi peningkatan harga diri, dan sikap percaya diri siswa.
e)             Penerimaan teman sebaya
Siswa yang diterima oleh teman-temannya, dia akan mengembangkan sikap positif terhadap dirinya, dan juga orang lain. Dia merasa menjadi orang yang berharga.

4.             Perubahan Kepribadian
Kepribadian seseorang itu relatif konstan. Namun kenyataannya sering ditemukan adanya perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaranya sebagai berikut :
a.              Faktor fisik, seperti : gangguan otak, kurang gizi (mal nutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAPZA atau NARKOBA), minuman keras, dan gangguan organic (sakit atau kecelakaan)
b.             Faktor lingkungan sosial budaya, seperti : krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stress, depresi) dan masalah sosial (pengangguran, premanisme, dan kriminalitas).
c.              Faktor diri sendiri, seperti : tekanan emosional (frustrasi yang berkepanjangan), dan idenifikasi atau imitasi terhadap orang lain yang berkepibadian menyimpang.
(Yusuf, 2007 : 11)

5.             Teori Kepribadian menurut Henry Alexander Murray
Henry Alexander Murray lahir pada bulan Mei 1893, di New York, dan meraih keahlian di bidang kedokteran (ahli bedah) pada usia muda (26 tahun). Kemudian selama tujuh tahun ia bergulat di laboratorium kimia, biologi dan biokimia, sehingga memperoleh gelar doktor dalam bidang biokimia di Universitas Cambridge, Inggris.
Pada masa belajar di Eropa itulah ia tertarik pada dunia psikologi, yang dimulai dengan mendalami literatur karya Jung, dan bahkan ia mencoba menemuinya di Zurich. Sejak berbicara empat mata dengan Jung itulah Murray menjadikan psikologi sebagai ruang lingkup garapannya (Bischof, 1970; dalam Dahlan, 1982: 90).
Dalam pandangan Murray, masa lampau atau sejarah individu benar-benar sama pentingnya seperti keadaan individu beserta lingkungannya dimasa kini. Seperti psikoanalisis teorinya mengasumsikan bahwa peristiwa-peristiwa pada masa bayi dan masa kanak-kanak merupakan faktor-faktor yang menentukan tingkah laku orang dewasa. Kesamaan lain antara pandangan ini dan psikoanalisis ialah penekanan tentang pentingnya motivasi tak sadar dan perhatian yang mendalam pada laporan verbal individu yang bersifat subjektif atau bebas, termasuk khayalan-khayalannya.
Dalam banyak hal, ciri paling khusus dari teori ini ialah pembahasannya yang sangat terinci dan sangat seksama tentang motivasi. Bagan konsep-konsep motivasi Murray telah digunakan secara luas dan sangat berpengaruh. Ciri khusus selanjutnya dari teori tersebut ialah tekanannya yang konsisten pada proses-proses fisiologis yang berkoeksistensi dan terjalin secara fungsiona, yang mengiringi semua proses psikologis. Konsepnya tentang regnancy (regnancy) menyebabkannya selalu berorientasi pada otak sebagai locus atau pusat kepribadian dan semua bagiannya. Murray seringkali menekankan pentingnya penguraian secara terinci sebagai penahuluan yang dibutuhkan sebelum orang memasuki perumusan teoretis dan penelitian yang kompleks. Konsisten dengan pandangan ini ialah minatnya yang mendalam pada taksonomi dan klasifikasi tuntas yang telah dibuatnya untuk banyak aspek tingkah laku (Hall & Lindzey, 1993 : 18-19).
Murray telah mengemukakan banyak definisi tentang kepribadian pada kesempatan yang berbeda-beda, namun komponen-komponen yang penting dari definisi-definisi ini dapat diringkaskan sebagai berikut :
a.              Kepribadian individu adalah abstraksi yang dirumuskan oleh teoretikus dan bukan merupakan gambaran tentang tingkah laku individu belaka.
b.             Kepribadian individu adalah rangkaian peristiwa yang secara ideal mencakup seluruh rentang hidup sang pribadi. “Sejarah kepribadian adalah kepribadian itu sendiri”.
c.              Definisi kepribadian harus mencerminkan baik unsur-unsur tingkah laku yang bersifat menetap dan berulang maupun unsur-unsur yang baru dan unik.
d.             Kepribadian adalah fungsi yang menata atau mengarahkan dalam diri individu. Tugas-tugasnya meliputi mengintegrasikan konflik-konflik dan rintangan-rintangan yang dihadapi individu, memuaskan kebutuhan-kebutuhan individudan menyusun rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan dimasa mendatang.
e.              Kepribadian terletak di otak. “Tanpa otak, tidak ada kepribadian”.
Jadi, cara Murray merumuskan kepribadian menunjukkan bahwa ia sangat berorientasi pada pandangan yang memberi bobot memadai pada sejarah organism, fungsi kepribadian yang bersifat mengatur, ciri-ciri berulang dan baru pada tingkah laku individu, hakikat kepribadian yang abstrak atau konseptual, dan proses-proses fisiologis yang mendasari proses-proses psikologis (Hall & Lindzey, 1993 : 25)
Menurut Murray, individu termotivasi dari dalam oleh kebutuhan, dan terpengaruh dari luar oleh tekanan lingkungan (seperti konflik keluarga) (Murray, 1938 dalam Friedman & Schustack, 2006 : 370)
Kebutuhan menurut Murray (1938 dalam Hall & Lindzey, 1993 : 31-32) adalah sebagai berikut :
“Kebutuhan adalah suatu konstruk yang mewakili suatu daya pada bagian otak, kekuatan yang mengatur persepsi, apersepsi, pemahaman, konasi, dan kegiatan sedemikian rupa untuk mengubah situasi yang ada dan yang tidak memuaskan kea rah tertentu. Kebutuhan kadang-kadang langsung dibangkitkan oleh proses-proses internal tertentu tetapi lebih sering oleh terjadinya salah satu dari sejumlah kecil tekanan yang secara umum efektif (pengaruh-pengaruh lingkungan). Jadi, kebutuhan menyatakan dirinya dengan mengarahkan organism untuk mencari atau menghindari, atau apabila bertemu, mengarahkan perhatian dan memberi respon terhadap jenis-jenis tekanan tertentu.


Murray (Hall & Lindzey, 1993 : 32) menyatakan adanya kebutuhan dapat disimpulkan dari:
a.              Akibat atau hasil akhir tingkah laku
b.             Pola atau cara khusus tingkah laku yang bersangkutan
c.              Perhatian dan respon selektif terhadap kelompok objek stimulus tertentu
d.             Ungkapan emosi atau perasaan tertentu
e.              Ungkapan kepuasan apabila akibat tertentu dicapai atau kekecewaan apabila akibat itu tidak tercapai.



6.             Pengukuran Kepribadian Menurut Pola Allen C. Edwards
EPPS (Edwards Personal Preference Schedule) merupakan salah satu alat untuk mengukur kepribadian individu.  EPPS dikembangkan oleh Allen C. Edwards yang mengacu pada definisi kebutuhan (need) dari Murray.
Dalam penerapannya, alat tes EPPS ini mengangkat lima belas variabel need. Kelima belas variabel tersebut merupakan manifestasi dari need yang dikemukakan Murray, dan dipandang oleh Edward sebagai variabel-variabel kepribadian.
Adapun variabel-variabel kepribadian yang dimaksud adalah sebagai berikut (Sukardi, 1993 : 4-8).
a.             Achievement (Ach) atau berprestasi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk berusaha mencapai hasil sebaik mungkin, melaksanakan tugas yang menuntut keterampilan dan usaha, dikenal otoritasnya, mengerjakan tugas yang sangat berarti, mengerjakan pekerjaan yang sulit sebaik mungkin, menyelesaikan masalah yang rumit-rumit, dan ingin mengerjakan sesuatu lebih baik dari yang lain, dan menulis novel yang bermutu.
b.             Deference (Def) atau hormat, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk mendapat pengaruh dari orang lain, menemukan apa yang diharapkan orang lain, mengikuti perintah dan mengerjakan apa yang diharapkan orang lain, memberikan hadiah kepada orang lain, memuji hasill pekerjaan orang lain, menerima kepemimpinan orang lain, membaca tentang orang-orang besar,  menyesuaikan diri pada kebiasaan dan menghindar dari yang tidak biasa, menyerahkan kepada orang lain untuk mengambil keputusan.
c.              Order (Ord) atau teratur, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk memiliki pekerjaan tertulis tetap rapih dan teratur, membuat rencana sebelum memulai tugas yang sulit, menunjukkan keteraturan dalam berbagai hal, memelihara segala sesuatu tetap rapih dan teratur, memperinci pekerjaan secara teratur, menyimpan surat dan arsip berdasarkan sistem tertentu, makan dan minum secara teratur.
d.             Exhibition (Exh) atau eksibisi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk memperlihatkan diri agar menjadi pusat perhatian orang, menceritakan keberhasilan diri, menggunakan kata-kata yang tidak dipahami orang lain, bertanya yang tidak akan terjawab orang lain, menceritakan pengalaman diri yang membahayakan, menceritakan hal-hal yang menggelikan.
e.              Autonomy (Aut) atau otonomi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menyatakan kebebasan diri untuk berbuat apapun atau mengatakan apapun, bebas mengambil keputusan, melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan orang lain, menghindari situasi yang menuntut penyesuaian diri, melakukan sesuatu tanpa menghargai pendapat orang lain, dan menghindari tanggung jawab.
f.              Affiliation (Aff) atau affiliasi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk setia kawan, berpartisipasi dalam  kelompok  kawan, mengerjakan sesuatu untuk kawan, membentuk persahabatan baru, membuat kawan sebanyak mungkin, mengerjakan pekerjaan bersama-sama, akrab dengan kawan, menulis surat persahabatan.
g.             Intraception (Int) atau intrasepsi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menganalisis motif dan perasaan sendiri, mengamati orang lain untuk memahami bagaimana perasaan orang lain, menempatkan diri ditempat orang lain, menilai orang lain dengan mencoba memahami latar belakang tingkah lakunya dan bukan apa yang dilakukannya, menganalisis tingkah laku orang lain, menganalisis motif-motif tingkah laku orang lain, dan meramalkan apa yang akan dilakukan orang lain.
h.             Succorance (Suc) atau berlindung, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk mengharapkan bantuan orang lain apabila dalam kesulitan, mencari dukungan dari orang lain, mengharapkan orang lain berbaik  hati kepadanya, mengharapkan simpati dari orang lain dan memahami masalah pribadinya, menerima belai kasih sayang orang lain, mengharapkan bantuan orang lain di saat dirinya tertekan, mengharapkan dimaafkan orang lain apabila dirinya sakit.
i.               Dominance (Dom) atau dominan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk membantah pendapat orang lain, ingin menjadi pemimpin kelompoknya, ingin dipandang sebagai pemimpin orang lain, ingin selalu terpilih sebagai pemimpin, mengambil keputusan dengan mengatasnamakan kelompok, menetapkan persetujuan secara sepihak, membujuk dan mempengaruhi orang lain agar mau mengerjakan yang ia inginkan, mengawasi dan mengarahkan kegiatan yang lain, mendiktekan apa yang harus dikerjakan orang lain.
j.               Abasement (Aba) atau merendah, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk merasa berdosa apabila berbuat keliru, menerima cercaan atau celaan orang lain, merasa perlu mendapat hukuman apabila berbuat keliru, merasa lebih baik menghindar dari perkelahian, merasa lebih baik menyatakan pengakuan akan kekeliruannya, merasa rendah diri dalam berhadapan dengan orang lain.
k.             Nurturance (Nur) atau memberi bantuan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk senang menolong kawan yang kesulitan, membantu yang kurang beruntung, memperlakukan orang lain dengan baik dan simpatik, memaafkan orang lain, menyenangkan orang lain, berbaik hati kepada orang lain, memberikan rasa simpatik kepada yang terluka atau sakit, memperlihatkan kasih sayang kepada orang lain.
l.               Change (Chg) atau perubahan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menggarap hal-hal yang baru, berkelana, menemui kawan baru, mengalami peristiwa baru dan berubah dari pekerjaan yang rutin, makan di tempat yang berbeda-beda, mencoba berbagai jenis pekerjaan, senang berpindah-pindah tempat, berpartisipasi dalam kebiasaan baru.
m.           Endurance (End) atau ketekunan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk terpaku pada suatu pekerjaan hingga selesai, merampungkan pekerjaan yang telah dipegangnya, bekerja keras pada suatu tugas tertentu, terpaku pada penyelesaian masalah atau teka-teki, terpaku pada suatu pekerjaan dan tidak akan diganti sebelum selesai, tidur larut malam untuk menyelesaikan pekerjaan yang dihadapinya, tekun menghadapi pekerjaan tanpa menyimpang, menghindari segala yang dapat menyimpangkannya dari tugas.
n.             Heterosexuality (Het) atau heteroseksualitas, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk bepergian dengan kelompok yang berlawanan jenis kelamin, melibatkan diri dalam kegiatan sosial yang berlawanan jenis kelamin, jatuh cinta pada jenis kelamin lain, mengagumi bentuk tubuh jenis kelamin lain, berpartisipasi dalam diskusi tentang seks, membaca buku dan bermain yang melibatkan masalah seks, mendengarkan atau menyampaikan cerita lucu tentang seks.
o.             Aggression (Agg) atau agresi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menyerang pandangan yang berbeda, menyampaikan pandangannya tentang jalan pikiran orang lain, mengecam orang lain secara terbuka, mempermainkan orang lain, melukai perasaan orang lain, membaca surat kabar tentang perkosaan.
Untuk menguji consistency jawaban, Edward mencoba menyediakan items ganda. Inventorinya terdiri atas 225 pasang pernyataan, 15 pasang pernyataan di antaranya merupakan pernyataan ulang yang identik untuk mengukur consistency. Untuk mengukur stabilitas profil yang diperoleh, dapat dihitung korelasinya dengan menggunakan pernyataan genap ganjil (Anastasi, 1961; dalam M. D. dahlan, 1982: 112).
daftar pustaka nyusul yaaa :)

Tidak ada komentar: