A.
Kepribadian
1.
Pengertian
Kepribadian
Kepribadian atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan personality berhubungan erat dengan diri individu karena kepribadian
merupakan salah satu aspek perkembangan dalam individu. Definisi para ahli
mengenai kepribadian berbeda-beda. Tetapi dari setiap definisi yang diungkapkan
para ahli pasti terdapat benang merah yang menjadi inti dari makna kepribadian.
Allport (1971; dalam Sobur 2003 : 300) mendefinisikan kepribadian sebagai
berikut :
Personality is the dynamic organization within the individual of those
psychophysical systems that detrmine his unique adjustments to his environment (Kepribadian adalah
organisasi-organisasi dinamis dari dari sistem-sistem psikofisik dalam individu
yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya).
Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas, kepribadian memiliki
beberapa unsur, yaitu sebagai berikut :
a.
Kepribadian itu merupakan organisasi yang dinamis.
b.
Organisasi tersebut terdapat dalam diri individu.
c.
Organisasi itu berdiri atas sistem psikis, yang
menurut Allport meliputi, antara lain, sifat dan bakat, serta sistem fisik
(anggota dan organ-organ tubuh) yang saling terkait.
d.
10
|
Sedangkan menurut Yusuf (2007 :
4-5) pengertian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.
Dynamic, merujuk kepada perubahan
kualitas perilaku (karakteristik) individu, dari waktu ke waktu, atau dari
situasi ke situasi.
b.
Organization, yang menekankan pemolaan
bagian-bagian struktur kepribadian yang independen, yang masing-masing bagian
tersebut mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Ini menunjukkan bahwa
kepribadian itu bukan kumpulan sifat-sifat, melainkan keterkaitan antara
sifat-sifat tersebut, yang satu sama lainnya saling berhubungan atau
berinteraksi.
c.
Psychophysical Systems, yang terdiri atas kebiasaan,
sikap, emosi, sentimen, motif, keyakinan, yang kesemuanya merupakan aspek
psikis, juga mempunyai dasar fisik dalam diri individu, seperti: syaraf, kelenjar,
atau tubuh individu secara keseluruhan. Sistem psikofisik ini meskipun
mempunyai dasar/fondasi pembawaan, namun dalam perkembangannya lebih
dipengaruhi oleh hasil belajar, atau diperoleh melalui pengalaman.
d.
Determine, yang menunjukkan perasaan
motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari
kegiatan-kegiatan yang khas, dan mempengaruhi bentuk-bentuknya. Sikap,
keyakinan, kebiasaan, atau elemen-elemen sistem psikofisik lainnya muncul
melalui stimulus, baik dari lingkungan, maupun dari dalam diri individu
sendiri.
e.
Unique, yang merujuk kepada keunikan
atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi diri pola sistem
psikofisiknya. Dalam proses penyesuaian diri terhadap lingkungannya, tidak ada
reaksi/respon yang sama dari dua orang, meskipun kembar identik.
Beberapa pendapat lain dari para ahli mengenai
pengertian kepribadian (Yusuf, 2007 : 3) adalah sebagai berikut :
a.
Hall & Lindzey mengemukakan bahwa
secara popular, kepribadian dapat diartikan sebagai : (1) keterampilan atau
kecakapan sosial (social skill), dan
(2) kesan yang paling menonjol, yang ditunjukkan seseorang terhadap orang lain
(seperti seseorang yang dikesankan sebagai orang yang agresif atau pendiam).
b.
Woodworth mengemukakan bahwa kepribadian
merupakan “kualitas tingkah laku total individu”.
c.
Dashiell mengartikannya sebagai
“gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”.
d.
Derlega, Winstead & Jones mengartikannya
sebagai “Sistem yang relatif stabil mengenai karakteristik individu yang
bersifat internal, yang berkontribusi terhadap pikiran, perasaan, dan tingkah
laku yang konsisten”.
Pendapat lainnya mengenai kepribadian dikemukakan oleh McDougal dan
kawan-kawannya (Yusuf, 2005 : 126) bahwa kepribadian adalah tingkatan
sifat-sifat dimana biasanya sifat yang tinggi tingkatannya mempunyai pengaruh
yang menentukan.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat dikatakan bahwa kepribadian
merupakan sifat dan tingkah laku individu yang tampak dengan keunikannya yang
berkembang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2.
Pembentukan
Kepribadian
Carl
Gustav Jung (Sobur, 2003 : 312) mengatakan pertumbuhan pribadi merupakan suatu
dinamika dan proses evolusi yang terjadi sepanjang hidup. Individu secara
berkesinambungan berkembang dan belajar mengenai keterampilan baru serta
bergerak menuju realisasi diri.
Pada
hakikatnya, kepribadian dapat dikatakan mencakup semua aspek perkembangan,
seperti perkembangan fisik, motorik, mental, sosial, moral, tetapi melebihi
penjumlahan semua aspek perkembangan tersebut. Kepribadian merupakan suatu
kesatuan aspek jiwa dan badan, yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah
laku dan tindakan seseorang. Pembentukan pola kepribadian ini terjadi melalui
proses interaksi dalam dirinya, dengan pengaruh-pengaruh dari lingkungan luar.
Murray
(Hall & Lindzey, 1993 : 53) beranggapan bahwa faktor-faktor genetika dan
pematangan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan kepribadian.
Murray memandang proses-proses genetik pematangan bertugas memprogramkan
sejenis suksesi atau urutan pergantian berbagai masa pertama – yakni
kanak-kanak, remaja, dan masa dewasa awal – komposisi-komposisi struktural baru
muncul dan bertambah banyak. Masa usia setengah baya ditandai oleh rekomposisi
konservatif atas struktur dan fungsi yang telah muncul. Selama masa terakhir,
masa usia lanjut, kapasitas untuk membentuk komposisi baru menjadi berkurang.
Dalam setiap periode, terdapat banyak program peristiwa tingkah laku dan
pengalaman yang lebih kecil yang berlangsung di bawah proses pematangan yang
dikontrol genetis.
Sedangkan
menurut Sjarkawi (2009 : 22 – 23) perkembangan pribadi berlangsung melalui tiga
fase, yaitu sebagai berikut :
a.
Masa mulai perkembangan sampai dengan
sekitar usia 5 tahunan. Fase ini banyak berkaitan dengan kewibawaan dan
kekuasaan. Pada fase ini inti dari penghargaan diri dan sikap mengenai aturan
yang diterjemahkan dalam bentuk gambaran diri adalah diarahkan kepada apa yang
diharapkan oleh tokoh-tokoh terdekat yang menguasainya.
b.
Masa anak-anak dan masa remaja,
merupakan masa yang sebagian besar diarahkan pada persoalan hubungan dengan
teman sebayanya. Pada masa ini mereka mengembangkan penghargaannya terhadap
harapan orang lain serta menaruh perhatian terhadap perilaku jujur, keadilan,
dan sikap bersedia membalas jasa orang lain. Jika pada fase pertama anak pada
dasarnya lebih peduli terhadap gambaran dirinya sendiri sebagaimana diarahkan
oleh orang tuanya, maka pada fase kedua anak harus menyesuaikan gambaran
dirinya dengan rekan sebayanya.
c.
Fase orang mulai memasuki dunia kerja
dan mulai berkeluarga. Persoalan-persoalan pada masa lalu (belajar bergaul
dengan rekan sebaya dan dengan mereka yang berkuasa) berpadu dengan persoalan
identitas diri. Pada masa ini seseorang menentukan corak kepribadian yang
diharapkan dengan cara mengembangkan suatu pola umum gambaran dirinya, mereka merintis
tujuan hidupnya serta merencanakan strategi yang akan ditempuhnya dalam
mengejar tujuan hidup yang dipilihnya.
3.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kepribadian
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang dapat dikelompokkan dalam dua faktor, yaitu
faktor internal dan eksternal (Sjarkawi, 2009 : 19). Faktor internal adalah
faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor internal ini
biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan. Faktor genetis maksudnya adalah
faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh keturunan dari
salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orang tuanya atau bisa
jadi gabungan atau kombinasi dari sifat kedua orang tuanya.
Faktor eksternal adalah faktor
yang berasal dari luar orang tersebut. Faktor eksternal ini biasanya merupakan
pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan
terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan pengaruh dari
berbagai media audiovisual seperti TV dan VCD, atau media cetak seperti koran,
majalah dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut Yusuf (2007 :
20) secara garis besar, ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian, yaitu faktor hereditas (genetika)
dan faktor lingkungan (environment).
a.
Faktor
Genetika
Masa dalam kandungan dipandang sebagai periode yang
kritis dalam perkembangan kepribadian, karena pada masa tersebut merupakan saat
pembentukan pola-pola kepribadian, juga sebagai masa pembentukan
kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap
kehidupan setelah kelahiran.
Pengaruh gen terhadap kepribadian, sebenarnya tidak
secara langsung, karena yang dipengaruhi gen secara langsung adalah kualitas sistem
syaraf, keseimbangan biokimia tubuh, dan stuktur tubuh.
Lebih jauh, fungsi hereditas dalam kaitannya dengan
perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut :
1)
Sebagai sumber bahan mentah (raw materials) kepribadian seperti
fisik, inteligensi, dan tempramen.
2)
Membatasi perkembangan kepribadian dan
mempengaruhi keunikan kepribadian.
(Yusuf,
2007 : 21)
b.
Faktor
Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian di
antaranya keluarga, kebudayaan, dan sekolah.
1)
Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan
kepribadian anak. Alasannya adalah :
a)
Keluarga merupakan kelompok sosial
pertama yang menjadi pusat identifikasi anak.
b)
Anak banyak menghabiskan waktunya di
lingkungan keluarga
c)
Para anggota keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan
kepribadian anak.
Keluarga juga dipandang sebagai lembaga yang dapat
memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama bagi pengembangan
kepribadiannya dan pengembangan rasa manusia. Melalui perlakuan dan perawatan
yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan
fisik-biologis, maupun kebutuhan sosio-psikologisnya. Apabila anak dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, maka anak cenderung berkembang menjadi
seorang pribadi yang sehat.
Perlakuan orangtua yang penuh kasih sayang dan
pendidikan nilai-nilai kehidupan, baik nilai agama maupun nilai sosial budaya
yang diberikan kepada anak merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan
anak menjadi pribadi dan warga masyarakat yang sehat dan produktif.
Suasana keluarga sangat penting bagi perkembangan
kepribadian anak. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang
harmonis dan agamis, yaitu suasana yang memberikan curahan kasih sayang,
perhatian, dan bimbingan dalam bidang agama, maka perkembangan kepribadian anak
tersebut cenderung positif, sehat (welladjustment).
Sedangkan anak yang dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang broken home, kurang harmonis, orangtua
bersikap keras kepada anak, atau tidak memperhatikan nilai-nilai agama, maka
perkembangan kepribadiannya cenderung mengalami distorsi atau mengalami kelainan
dalam penyesuaian dirinya (maladjustment).
2)
Kebudayaan
Kluckhohn (Yusuf, 2007 : 30) berpendapat bahwa kebudayaan
dapat mengatur kehidupan individu dari mulai lahir sampai mati, baik disadari
maupun tidak disadari. Kebudayaan mempengaruhi individu untuk mengikuti
pola-pola perilaku tertentu yang telah dibuat orang lain untuk dirinya.
Setiap kelompok masyarakat (bangsa, ras, atau suku)
memiliki tradisi, adat, atau kebudayaan yang khas. Kebudayaan suatu masyarakat
memberikan pengaruh terhadap setiap warganya, baik yang menyangkut cara
berpikir (cara memandang sesuatu), cara bersikap, atau cara berperilaku.
Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian ini dapat dilihat dari perbedaan
antara masyarakat modern, yang budayanya maju dengan masyarakat primitif, yang
budayanya masih sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya (life style), seperti dalam cara makan,
berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian, dan cara berpikir.
Setiap suku dan bangsa di dunia ini masing-masing
memiliki tipe kepribadian dasar yang relatif berbeda (meskipun dalam banyak
hal, dengan pengaruh globalisasi perbedaan karakteristik kepribadian itu
cenderung berkurang). Contoh: bangsa Indonesia memiliki karakteristik
kepribadian dasar: religius, ramah, namun kurang disiplin; bangsa Jepang: ulet,
kreatif, dan berdisiplin; dan bangsa Amerika: optimis, berdisiplin, ulet dalam
menyelesaikan sesuatu, namun individualistik.
3)
Sekolah
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian
anak. Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh itu di antaranya sebagai
berikut.
a)
Iklim emosional kelas
Kelas
yang iklim emosionalnya sehat (guru bersikap ramah, dan respek terhadap siswa
dan begitu juga berlaku di antara sesama siswa) memberikan dampak yang positif
bagi perkembangan psikis anak, seperti merasa nyaman, bahagia, mau bekerja
sama, termotivasi untuk belajar, dan mau menaati peraturan. Sedangkan kelas
yang iklim emosionalnya tidak sehat (guru bersikap otoriter, dan tidak
menghargai siswa) berdampak kurang baik bagi anak, seperti merasa tegang, sangat kritis, mudah marah, malas untuk
belajar, dan berperilaku yang mengganggu ketertiban.
b)
Sikap dan perilaku guru
Sikap dan perilaku guru ini tercermin dalam
hubungannya dengan siswa (relationship
between teacher and student). Hubungan guru dengan siswa dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor itu di antaranya (1) stereotype budaya terhadap guru (pribadi dan profesi), positif atau
negatif; (2) sikap guru terhadap siswa; (3) metode mengajar; (4) penegakkan
disiplin dalam kelas; dan (5) penyesuaian pribadi guru (personal adjustment of the teacher).
Sikap dan perilaku guru, secara langsung
mempengaruhi “self-concept” siswa,
melalui sikap-sikapnya terhadap tugas akademik (kesungguhan dalam mengajar),
kedisiplinan dalam menaati peraturan sekolah, dan perhatiannya terhadap siswa.
Secara tidak langsung, pengaruh guru ini terkait dengan upayanya membantu siswa
dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosialnya.
c)
Disiplin (tata-tertib)
Tata
tertib ini ditujukan untuk membentuk sikap dan tingkah laku siswa. Disiplin
yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat pribadi siswa yang tegang,
cemas, dan antagonistik. Disiplin yang permisif, cenderung membentuk sifat
siswa yang kurang bertanggung jawab, kurang menghargai otoritas, dan
egosentris. Sementara disiplin yang demokratis, cenderung mengembangkan perasaan
berharga, merasa bahagia, perasaan tenang, dan sikap bekerja sama.
d)
Prestasi belajar
Perolehan prestasi belajar, atau peringkat kelas
dapat mempengaruhi peningkatan harga diri, dan sikap percaya diri siswa.
e)
Penerimaan teman sebaya
Siswa yang diterima oleh teman-temannya, dia akan
mengembangkan sikap positif terhadap dirinya, dan juga orang lain. Dia merasa
menjadi orang yang berharga.
4.
Perubahan
Kepribadian
Kepribadian
seseorang itu relatif konstan. Namun kenyataannya sering ditemukan adanya
perubahan kepribadian. Perubahan itu terjadi dipengaruhi oleh faktor gangguan
fisik dan lingkungan.
Faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya perubahan kepribadian di antaranya sebagai berikut
:
a.
Faktor fisik, seperti : gangguan otak,
kurang gizi (mal nutrisi), mengkonsumsi obat-obat terlarang (NAPZA atau
NARKOBA), minuman keras, dan gangguan organic (sakit atau kecelakaan)
b.
Faktor
lingkungan sosial budaya, seperti : krisis politik, ekonomi, dan keamanan yang
menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stress, depresi) dan masalah sosial
(pengangguran, premanisme, dan kriminalitas).
c.
Faktor diri sendiri, seperti : tekanan
emosional (frustrasi yang berkepanjangan), dan idenifikasi atau imitasi
terhadap orang lain yang berkepibadian menyimpang.
(Yusuf,
2007 : 11)
5.
Teori
Kepribadian menurut Henry Alexander Murray
Henry Alexander Murray lahir pada bulan Mei 1893, di
New York, dan meraih keahlian di bidang kedokteran (ahli bedah) pada usia muda
(26 tahun). Kemudian selama tujuh tahun ia bergulat di laboratorium kimia,
biologi dan biokimia, sehingga memperoleh gelar doktor dalam bidang biokimia di
Universitas Cambridge, Inggris.
Pada masa belajar di Eropa itulah ia tertarik pada
dunia psikologi, yang dimulai dengan mendalami literatur karya Jung, dan bahkan
ia mencoba menemuinya di Zurich. Sejak berbicara empat mata dengan Jung itulah
Murray menjadikan psikologi sebagai ruang lingkup garapannya (Bischof, 1970;
dalam Dahlan, 1982: 90).
Dalam
pandangan Murray, masa lampau atau sejarah individu benar-benar sama pentingnya
seperti keadaan individu beserta lingkungannya dimasa kini. Seperti
psikoanalisis teorinya mengasumsikan bahwa peristiwa-peristiwa pada masa bayi
dan masa kanak-kanak merupakan faktor-faktor yang menentukan tingkah laku orang
dewasa. Kesamaan lain antara pandangan ini dan psikoanalisis ialah penekanan
tentang pentingnya motivasi tak sadar dan perhatian yang mendalam pada laporan
verbal individu yang bersifat subjektif atau bebas, termasuk
khayalan-khayalannya.
Dalam banyak hal, ciri paling khusus dari teori ini
ialah pembahasannya yang sangat terinci dan sangat seksama tentang motivasi.
Bagan konsep-konsep motivasi Murray telah digunakan secara luas dan sangat
berpengaruh. Ciri khusus selanjutnya dari teori tersebut ialah tekanannya yang
konsisten pada proses-proses fisiologis yang berkoeksistensi dan terjalin
secara fungsiona, yang mengiringi semua proses psikologis. Konsepnya tentang
regnancy (regnancy) menyebabkannya
selalu berorientasi pada otak sebagai locus
atau pusat kepribadian dan semua bagiannya. Murray seringkali menekankan
pentingnya penguraian secara terinci sebagai penahuluan yang dibutuhkan sebelum
orang memasuki perumusan teoretis dan penelitian yang kompleks. Konsisten
dengan pandangan ini ialah minatnya yang mendalam pada taksonomi dan
klasifikasi tuntas yang telah dibuatnya untuk banyak aspek tingkah laku (Hall
& Lindzey, 1993 : 18-19).
Murray telah mengemukakan banyak definisi tentang
kepribadian pada kesempatan yang berbeda-beda, namun komponen-komponen yang
penting dari definisi-definisi ini dapat diringkaskan sebagai berikut :
a.
Kepribadian individu adalah abstraksi
yang dirumuskan oleh teoretikus dan bukan merupakan gambaran tentang tingkah
laku individu belaka.
b.
Kepribadian individu adalah rangkaian
peristiwa yang secara ideal mencakup seluruh rentang hidup sang pribadi.
“Sejarah kepribadian adalah kepribadian itu sendiri”.
c.
Definisi kepribadian harus mencerminkan
baik unsur-unsur tingkah laku yang bersifat menetap dan berulang maupun
unsur-unsur yang baru dan unik.
d.
Kepribadian adalah fungsi yang menata
atau mengarahkan dalam diri individu. Tugas-tugasnya meliputi mengintegrasikan
konflik-konflik dan rintangan-rintangan yang dihadapi individu, memuaskan
kebutuhan-kebutuhan individudan menyusun rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan
dimasa mendatang.
e.
Kepribadian terletak di otak. “Tanpa
otak, tidak ada kepribadian”.
Jadi, cara Murray merumuskan kepribadian menunjukkan
bahwa ia sangat berorientasi pada pandangan yang memberi bobot memadai pada
sejarah organism, fungsi kepribadian yang bersifat mengatur, ciri-ciri berulang
dan baru pada tingkah laku individu, hakikat kepribadian yang abstrak atau
konseptual, dan proses-proses fisiologis yang mendasari proses-proses
psikologis (Hall & Lindzey, 1993 : 25)
Menurut Murray, individu
termotivasi dari dalam oleh kebutuhan, dan terpengaruh dari luar oleh tekanan
lingkungan (seperti konflik keluarga) (Murray, 1938 dalam Friedman &
Schustack, 2006 : 370)
Kebutuhan menurut Murray (1938
dalam Hall & Lindzey, 1993 : 31-32) adalah sebagai berikut :
“Kebutuhan adalah suatu konstruk yang
mewakili suatu daya pada bagian otak, kekuatan yang mengatur persepsi,
apersepsi, pemahaman, konasi, dan kegiatan sedemikian rupa untuk mengubah
situasi yang ada dan yang tidak memuaskan kea rah tertentu. Kebutuhan
kadang-kadang langsung dibangkitkan oleh proses-proses internal tertentu tetapi
lebih sering oleh terjadinya salah satu dari sejumlah kecil tekanan yang secara
umum efektif (pengaruh-pengaruh lingkungan). Jadi, kebutuhan menyatakan dirinya
dengan mengarahkan organism untuk mencari atau menghindari, atau apabila
bertemu, mengarahkan perhatian dan memberi respon terhadap jenis-jenis tekanan
tertentu.
Murray (Hall & Lindzey, 1993 : 32) menyatakan
adanya kebutuhan dapat disimpulkan dari:
a.
Akibat atau hasil akhir tingkah laku
b.
Pola atau cara khusus tingkah laku yang
bersangkutan
c.
Perhatian dan respon selektif terhadap
kelompok objek stimulus tertentu
d.
Ungkapan emosi atau perasaan tertentu
e.
Ungkapan kepuasan apabila akibat
tertentu dicapai atau kekecewaan apabila akibat itu tidak tercapai.
6.
Pengukuran
Kepribadian Menurut Pola Allen C. Edwards
EPPS
(Edwards Personal Preference Schedule)
merupakan salah satu alat untuk mengukur kepribadian individu. EPPS dikembangkan oleh Allen C. Edwards yang
mengacu pada definisi kebutuhan (need)
dari Murray.
Dalam
penerapannya, alat tes EPPS ini mengangkat lima belas variabel need. Kelima belas variabel tersebut
merupakan manifestasi dari need yang
dikemukakan Murray, dan dipandang oleh Edward sebagai variabel-variabel
kepribadian.
Adapun variabel-variabel kepribadian yang dimaksud
adalah sebagai berikut (Sukardi, 1993 : 4-8).
a.
Achievement (Ach) atau berprestasi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk berusaha mencapai hasil sebaik mungkin, melaksanakan tugas yang
menuntut keterampilan dan usaha, dikenal otoritasnya, mengerjakan tugas yang
sangat berarti, mengerjakan pekerjaan yang sulit sebaik mungkin, menyelesaikan
masalah yang rumit-rumit, dan ingin mengerjakan sesuatu lebih baik dari yang
lain, dan menulis novel yang bermutu.
b.
Deference (Def) atau hormat, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk mendapat
pengaruh dari orang lain, menemukan apa yang diharapkan orang lain, mengikuti
perintah dan mengerjakan apa yang diharapkan
orang lain, memberikan hadiah kepada orang lain, memuji hasill pekerjaan orang
lain, menerima kepemimpinan orang lain, membaca tentang orang-orang besar, menyesuaikan diri pada kebiasaan dan
menghindar dari yang tidak biasa, menyerahkan kepada orang lain untuk mengambil
keputusan.
c.
Order (Ord) atau teratur, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk memiliki
pekerjaan tertulis tetap rapih dan teratur, membuat rencana sebelum memulai
tugas yang sulit, menunjukkan keteraturan dalam berbagai hal, memelihara segala
sesuatu tetap rapih dan teratur, memperinci pekerjaan secara teratur, menyimpan
surat dan arsip berdasarkan sistem tertentu, makan dan minum secara teratur.
d.
Exhibition (Exh) atau eksibisi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk memperlihatkan diri
agar menjadi pusat perhatian orang, menceritakan keberhasilan diri, menggunakan
kata-kata yang tidak dipahami orang lain, bertanya yang tidak akan terjawab
orang lain, menceritakan pengalaman diri yang
membahayakan, menceritakan hal-hal yang menggelikan.
e.
Autonomy (Aut) atau otonomi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menyatakan kebebasan
diri untuk berbuat apapun atau mengatakan apapun, bebas mengambil keputusan,
melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan orang lain, menghindari situasi yang menuntut penyesuaian diri, melakukan sesuatu tanpa menghargai
pendapat orang lain, dan menghindari tanggung jawab.
f.
Affiliation (Aff) atau affiliasi, yaitu kebutuhan
atau dorongan untuk setia kawan, berpartisipasi dalam kelompok
kawan, mengerjakan sesuatu untuk kawan, membentuk persahabatan baru,
membuat kawan sebanyak mungkin, mengerjakan pekerjaan bersama-sama, akrab
dengan kawan, menulis surat persahabatan.
g.
Intraception (Int) atau intrasepsi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menganalisis motif
dan perasaan sendiri, mengamati orang lain untuk memahami bagaimana perasaan orang
lain, menempatkan diri ditempat orang lain, menilai orang lain dengan mencoba
memahami latar belakang tingkah lakunya dan bukan apa yang dilakukannya, menganalisis tingkah laku orang lain,
menganalisis motif-motif tingkah
laku orang lain, dan meramalkan apa yang akan dilakukan orang lain.
h.
Succorance (Suc) atau berlindung, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk mengharapkan bantuan
orang lain apabila dalam
kesulitan, mencari
dukungan dari orang lain, mengharapkan orang lain berbaik hati kepadanya, mengharapkan simpati dari
orang lain dan memahami masalah pribadinya,
menerima belai kasih sayang orang lain, mengharapkan bantuan orang lain di saat
dirinya tertekan, mengharapkan dimaafkan orang lain apabila dirinya
sakit.
i.
Dominance (Dom) atau dominan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk membantah pendapat
orang lain, ingin menjadi pemimpin kelompoknya, ingin dipandang sebagai
pemimpin orang lain, ingin selalu terpilih sebagai pemimpin, mengambil
keputusan dengan mengatasnamakan kelompok, menetapkan persetujuan secara sepihak,
membujuk dan mempengaruhi orang lain agar mau mengerjakan yang ia inginkan,
mengawasi dan mengarahkan kegiatan yang lain, mendiktekan apa yang harus
dikerjakan orang lain.
j.
Abasement (Aba) atau merendah, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk merasa berdosa
apabila berbuat keliru, menerima cercaan atau celaan orang lain, merasa perlu
mendapat hukuman apabila berbuat keliru, merasa lebih baik menghindar dari
perkelahian, merasa lebih baik menyatakan pengakuan akan kekeliruannya, merasa
rendah diri dalam berhadapan dengan orang lain.
k.
Nurturance (Nur) atau memberi bantuan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk senang menolong kawan
yang kesulitan, membantu yang kurang beruntung, memperlakukan orang lain dengan
baik dan simpatik, memaafkan orang lain, menyenangkan orang lain, berbaik hati
kepada orang lain, memberikan rasa
simpatik kepada yang
terluka atau sakit, memperlihatkan kasih sayang kepada orang lain.
l.
Change (Chg) atau perubahan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menggarap hal-hal
yang baru, berkelana, menemui kawan baru, mengalami peristiwa baru dan berubah
dari pekerjaan yang rutin, makan di tempat yang berbeda-beda, mencoba berbagai
jenis pekerjaan, senang berpindah-pindah tempat, berpartisipasi dalam kebiasaan
baru.
m.
Endurance (End) atau ketekunan, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk terpaku pada suatu pekerjaan
hingga selesai, merampungkan pekerjaan yang telah dipegangnya, bekerja keras
pada suatu tugas tertentu, terpaku pada penyelesaian masalah
atau teka-teki, terpaku pada suatu pekerjaan
dan tidak akan diganti sebelum
selesai, tidur larut malam untuk menyelesaikan pekerjaan yang dihadapinya,
tekun menghadapi pekerjaan tanpa menyimpang, menghindari segala yang dapat
menyimpangkannya dari tugas.
n.
Heterosexuality (Het) atau heteroseksualitas, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk bepergian dengan
kelompok yang berlawanan jenis kelamin, melibatkan diri dalam kegiatan sosial yang berlawanan jenis kelamin, jatuh
cinta pada jenis kelamin lain, mengagumi bentuk tubuh jenis kelamin lain, berpartisipasi
dalam diskusi tentang seks, membaca buku dan bermain yang melibatkan masalah seks, mendengarkan atau menyampaikan
cerita lucu tentang seks.
o.
Aggression (Agg) atau agresi, yaitu kebutuhan atau dorongan untuk menyerang pandangan
yang berbeda, menyampaikan pandangannya tentang jalan pikiran orang lain,
mengecam orang lain secara terbuka, mempermainkan orang lain, melukai perasaan
orang lain, membaca surat kabar tentang perkosaan.
Untuk menguji consistency
jawaban, Edward mencoba menyediakan items ganda. Inventorinya terdiri atas 225
pasang pernyataan, 15 pasang pernyataan di antaranya merupakan pernyataan ulang
yang identik untuk mengukur consistency. Untuk mengukur stabilitas
profil yang diperoleh, dapat dihitung korelasinya dengan menggunakan pernyataan
genap ganjil (Anastasi, 1961; dalam M. D. dahlan, 1982: 112).
daftar pustaka nyusul yaaa :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar